Senin, 13 Mei 2013

Pasraman di Pelosok Bermodal Lima (5) Ribu Rupiah

| |

Pasuruan - Bali Tribune (9 Mei 2013),
Keberadaan pasraman di Bali memang terbilang cukup mapan. Selain anggran di topang oleh pemerintah.  Kehadirannya tiap desa (adat/pakraman) pun terbilang  kompak. Begitupun operasional penunjang buku keagamaan dan pengajar tidaklah sulit ditemukan.  Dibandingkan dengan daerah lain. Nasib pasraman, sebagai wahana yang diharapkan memperkenalkan pemahaman agama terganjal berbagai faktor riil. Menariknya Desa Kayu Kebek, Kec. Tutur, Kab. Pasuruan, Jawa Timur   memiliki cara unik untuk membangun pasraman.  Yakni hanya dengan bermodal Rp 5 ribu. Ah, yang benar saja?
Edi Santoso (23), pemuda desa setempat yang memiliki akivitas sehari-sehari sebagai tukang kebun di Sekolah Dasar ini mengakui hal itu. Berlatarbelakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama  (SMP). Ia dan pemuda-pemudi yang tinggal di desa memiliki keinginan membangkitkan pasraman. Meskipun tahu bahwa  membangun pasraman tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Perlu dana, tim pengajar dan buku pendukung. Namun, itu bukanlah menjadi tantangan utama baginya dan pemuda-pemudi lainnya.
Pemahaman agama yang kurang di kalangan pelajar dengan rentan waktu terbatas di sekolah. Adalah salah sat pendorong Edy untuk membangun pasraman dengan segala keterbatasan. “Awalnya kita mulai dengan iuran 5 ribu dari para pemuda yang aktif ,”kata Edy. Ide tersebut tercetus sejak 3 tahun yang lalu. Dari jumlah total anggota muda-mudi di desa mencapai 75, sementara yang aktif hanya 11 orang. Meskipun dana yang terkumpul masih jauh dan  kurang dari kebutuhan operasional  pasraman. Namun, ia optimis akan terus berjalan seiring dukungan masyarakat yang mengalir.
Proses belajang mengajar di pasraman pun cukup intens dilakukan, yakni enam kali dalam seminggu. Dengan memanfaatkan waktu di sore hari, di bagian  madya mandala  Pura Widya, pura umum desa setempat. Intensitas dan kefektivan pasraman tersebut pun berjalan hingga kini.  Selain mempelajari teori-teori keagamana, juga diajarkan mantra-mantra hingga tari-tarian daerah setempat. “Pemangku disini juga ikut yang ngajar, tapi khusus mantra-mantra,”akunya.
Kepercayaan akan keberadaan pasraman pun disambut hangat oleh masyarakat hingga PHDI setempat. Untuk menanggulangi dana operasional, seperti pembelian kapur dan buku-buku keagamaan.  Kini umat setempat memberikan iuran yang bersifat sukarelawan, yang tiap bulannya bisa mencukupi kebutuhan pasraman.
Meskipun demikian, tenaga pengajar menjadi kendala hingga sampai saat ini. Rata-rata pengajar di  pasraman yang memiliki nama sesuai dengan pura setempat. Kata Santoso, tidak sampai mengeyam sarjana. Kini hal itupun menjadi pertimbangannya , agar ilmu  yang diperoleh anak-anak pasraman juga lebih baik. Ia berharap kepada muda-mudi yang melanjutkan pendidikan tinggi di kota bisa menjawab tantangan dan berkontribusi di pasraman.

“Kalau ada guru resmi dari lulusan sarjana, anak-anak pasraman akan lebih segan. Kalau seperti kita masih kurang (segan,red),”jelasnya yang mengaku banyak tawaran untuk melanjutkan   pendidikan tinggi. Hanya saja ia enggan mengiyakan berhubung tanggung jawab di pasraman dan  mengurusi kedua orang tua. Ia berharap ke depan, meskipun pekerjaan kini sebatas tukang kebun di SD ia juga ingin membantu mengajar agama sekolah tersebut . “Itu sudah visi saya ingin mengajar agama,”tuturnya. (KA Widiantara)

1 komentar:

used ford edge titanium
We used titanium chainmail used used ford edge titanium. titanium wedding rings There is no titanium wok known titanium bikes for sale way to make a babyliss pro titanium flat iron diamond in stainless steel for the blade angle. Our tips are

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.