Banyuwangi - Bali Tribune (9 Mei 2013),
Keruntuhan masa kerajaan Majapahit memberikan pelajaran berharga bagi
umat Hindu di Indonesia . Di era kerajaan tersebut, nusantara bisa
bersatu dengan beragam suku dan unsur kebudayaan. Namun puing perpecahan
tersebut kini diharapkan bisa bertemu lagi. Menyambung urat persatuan
uamt Hindu yang terputus lama.
Jumat (3/5) sekitar pukul 13.00 satu persatu warga mendatangi Pura Agung
Blambangan yang terletak di Desa Tembok Rejo, Kec. Muncar,
Kab.Banyuwagi. Lengkap mengenakan pakaian adat ke pura ala Bali dan tak
jarang pula menggenakan pakaian adat Jawa. Dari anak-anak, remaja,
dewasa hingga tua memenuhi wantilan agung nista mandala pura tersebut.
Jamuan berupa kudapan sederhana yang disiapkan oleh pengempon pura
setempat pun siap siaga. Usai rombongan Puskor Hindunesia
bersembahyang, haturan ucapan “om swasyastu” terdengar di sana-sini.
Senyum sumringah warga setempat dan rombongan menghiasi dharma tula
hingga sore kala itu. Saling sapa menanyakan kabar. Hingga tokoh dan
lembaga umat memaparkan realitas keadaan umat setempat.
“Sebuah penghargaaan besar bagi kami rombongan dari Bali bisa ke sini.
Bisa menengok umata se-dharma. Semoga dengan pertemuan ini bia
menjalin hubungan yang baik kedepan. Maaf kami tidak bisa memberikan
sambutan lebih, hanya ini bisa kita haturkan,”ujar seorang tokoh
setempat, Sumarno memberikan sepatah dua patah sambutan.
Suasana dharma tula yang berlangsung hingga sore menjelang malam itu
sangat diapresiasi oleh umat setempat. Selain mengeluhkan keadaan
umat dari pendidikan agama hingga sulitnya memperoleh akte perkawinan.
Pertemuan tersebut, menjadi menarik karena mempertemukan sekaligus
mendekatkan umat Hindu lintas daerah. Baik dari Jawa Timur, khususnya di
Kabupaten Banyuwangi dan Bali melalui LSM Hindu tersebut.
Pertemuan itu pun diharapkan menjadi momentum kesadaran untuk
membulatkan tekad untuk bersatu kembali. Meraih masa kejayaan Majapahit
yang telah lama terkubur. Tak hanya di Banyuwangi, umat di Desa
Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, juga demikian halnya.
Meskipun hanya diwakilkan oleh tokoh umat,PHDI, muda-mudi dan pengurus
Pura Giri Mandara Semeru Agung. Suasana dan jalinan untuk sharing
keumatan juga berjalan lancar.
Pada kesematan tersebut, pembahasan lebih banyak menukik pada
pemberdayaan umat dengan pengembangan SDA dan SDM umat yang dimiliki.
Keadaan ekonomi umat yang minim, diharapkan potensi pertanian umat
setempat bia dimanfaatkan. Misalnya bahan-bahan perlengkapan upacara
untuk di distribusikan di Bali.
Pimpinan Puskor Hindunesia IB Ketut Susena menggugah para pemuda-pemudi
yang yang masih kuat secara fisik dan pikiran agar tidak berkecil hati
memulai wirausaha. Dengan potensi alam yang dimiliki daerah setempat,
bahan-bahan upacara melimpah ruah. Bisa menjadi ladang ekonomi yang
menggiurkan. Apalagi belakangan ini, Jawa Timur dikenal sebagai pemasok
sentra bahan-bahan upacara di Bali.
“Itu merupakan prospek yang bagus. Galang koordinasi dan komunikasi,
sehingga nanti bahan-bahan upacara bisa terjual di Bali. Apalagi ini
untuk pemberdayaan umat di Lumajang,”ujar Dekornas Puskor Hindunesia
Ini. Ia menambahkan bahwa sudah saatnya persatuan umat Hindu yang
tercerai berai di Nusantara dipersatukan dalam bidang apapun. Termasuk
ekpansi (perluasan) ekonomi yang terintergasi dengan stakeholder yang
memiliki pengaruh besar. Masalah ekonomi belakangan masih menjadi
perhatian serius. Pasalnya, hal ini seringkali memicu potensi pola pikir
irasional dikalangan umat untuk melakukan konversi tanpa berfikir seara
jernih.
Demikian halnya di Desa Kayu Kebek, Kec. Tutur, Kab. Pasuruan. Kunjungan
LSM Hindu dibawah bendera Puskor Hindunesia mendapat tempat dihati
masyarakat setempat. Umat yang berdampingan hidup dengan umat Muslim,
terjalin baik dan apik itu mengharapkan informasi luas lagi agar umat
ataupun komunitas Hindu di luar sana bisa mengunjunginya. Menjalin
persaudaraan dan ikatan sebagai ‘nyama braya’. “Kita harapkan, agar
bapak-ibu bisa singgah lagi kesini di kemudian hari. Dan memberikan
informasi bahwa disini ada umat Hindu,”harap Wangiso, tokoh umat
sekaligus pemangku di desaa terpencil itu. KA Widiantara
1 komentar:
Lanjutkan terus aktifitas yang menyentuh umat langsung di tingkat terbawah. Bravo Puskor Hindunesia!!!!
Posting Komentar