Sabtu, 30 Maret 2013

Kemeriahan Dharma Tula di Seraya Timur Bersama Sekaa Teruna

| |
0 komentar
Sekaa Teruna se-Desa Seraya Timur

"Sekaa Teruna atau perkumpulan muda-mudi tradisional yang ada di Desa Seraya Timur  mendambakan siraman rohani dan pembinaan intensif dari pihak-pihak terkait, dan berharap Puskor Hindunesia bisa memfasilitasi dan mengkoordinasikannya"

Puskor Seraya Timur, 28 Maret 2013
Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) dalam salah satu program kerjanya memberdayakan sumber daya keumatan, sudah beberapa kali hadir di tengah-tengah generasi muda Hindu khususnya di Bali. 
     Pada Umanis Galungan yang baru lalu (28 Maret 2013), atas dukungan berbagai pihak utamanya Kepala Dusun Br. Tukad Tiis, Kepala Desa Seraya Timur dan beberapa tokoh masyarakat disana, Puskor telah berhasil menyelenggarakan Dharma Tula dan Sosialiasi Sinergi Puskor Hindunesia dengan berbagi pihak yang peduli akan pemberdayaan keumatan. Hadir pada saat itu Ketua Parisada Hindu Dharma Kab. Karangasem, Bapak Drs. Wayan Astika, M.Si, yang ikut memberikan materi dan motivasi kepada generasi muda Hindu di Seraya Timur.
Tema yang dihadirkan pada dharma tula kali ini adalah: "Membangun dan Membangkitkan Rasa Bangga Menjadi Orang Hindu pada Generasi Muda". Tema ini sengaja dipilih sebagai ungkapan keprihatinan Puskor Hindunesia akan lemahnya akses pembinaan ke kantong-kantong generasi muda Hindu terutama di daerah-daerah terpencil. 
     Secara geografis, Desa Seraya Timur terletak di ujung timur pulau Bali, dengan mata pencaharian sebagain besar penduduknya sebagai nelayan musiman. Daerah tandus dan bebatuan tidak menyurutkan masyarakat disana untuk terus berjuang meningkatkan taraf penghidupan. Walaupun secara ekonomi mereka rata-rata masih dibawah cukup, namun mereka memiliki semangat tinggi untuk tetap menjaga warisan leluhur mereka. Ini bisa dibuktikan dengan masih kuatnya mereka menganut Hindu walau berbagai gempuran keyakinan lain selalu datang mengintai dengan iming-iming kehidupan ekonomi yang lebih baik maupun jaminan pendidikan yang ditanggung oleh pihak pemberi iming-iming.
     Tidak kalah dengan generasi tuanya, generasi mudapun mengambil posisi strategis. Dengan tetap bersemangat menuntut ilmu sampai setinggi mungkin (sesuai kemampuan ekonomi), mereka juga ada yang sudah mengikuti kegiatan magang di luar negeri, didukung oleh Pemkab Karangasem dan pihak-pihak swasta yang peduli dengan desa Seraya Timur. 
     Berkat informasi dari salah satu relawan Puskor Hindunesia, yang sudah salah satu pemuda di sana, Wayan Pura Arnawa (Arnawa Kontroversi), Puskor diminta untuk membantu membina generasi muda disana dengan mengadakan dharma tula dan memberikan motivasi agar semangat militansi ke-Hindu-an anak-anak muda disana semakin kuat.
     Gayung bersambut, akhirnya kita sepakati untuk mengadakan kegiatan tersebut pada tanggal 28 Maret 2013, bertepatan dengan hari Umanis Galungan. Dimana pada saat seperti ini, biasanya para muda mudi disana banyak yang plesiran ke tempat-tempat wisata atau tempat keramaian. Namun pada hari itu, bahkan mulai dari tanggal 27 Maret, mereka telah mempersiapkan acara tersebut dengan matang. Bahkan ada yang begadang sampai jam 3 pagi agar acara bisa dilaksanakan dengan sukses. Begitu penuturan dari koordinator kita di Seraya Timur, Nengah, yang juga seorang mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
     Kedatangan tim Puskor dan PHDI Karangasem telat dari jadwal semula pukul 10, sampai pukul 12, dikarenakan medan yang lumayan susah dan padatnya kendaraan di jalan setelah hari raya Galungan. Ini yang sungguh luar biasa, karena justru anggota Sekaa Teruna disana sudah menunggu dari jam 8 pagi, tanpa sedikitpun ada raut kecewa. Mereka tetap setia menunggu dan antusias mendengarkan dharma tula dari kami.
     Acara secara resmi dibuka oleh Bapak Kepala Desa, Wayan Geden, dengan harapan dan dukungan penuh akan acara seperti ini. Beliau berharap agar generasi muda Seraya Timur dapat mengambil manfaat dari kegiatan Dharma Tula serta mengikuti dengan tekun sampai acara tersebut selesai.
     Dilanjutkan dengan kesempatan pertama untuk Ketua Koordinator Nasional Puskor Hindunesia, Ida Bagus Susena, yang memberikan motivasi dan penjelasan tentang bagaimana menumbuhkan rasa bangga menjadi orang Hindu. Kebanggaan yang dimaksudkan oleh Ida Bagus Susena adalah kebanggaan yang benar-benar muncul dari dalam, tertananam kuat dan tak kan tergoyahkan oleh berbagai intrik-intrik kepentingan untuk merubah keyakinan generasi muda. 
     Menurut beliau Hindu merupakan agama tertua di dunia, yang menandakan bahwa kedewasaan proses beragama sudah sangat kuat dan kokoh dengan berbagai tempaan jaman. Nilai-nilai yang sekarang kita dapati pun sudah merupakan sebuah nilai yang teruji ribuan tahun lamanya. Berikutnya, menurut beliau, Hindu adalah agama yang fleksibel dan sangat adaptif dalam menyesuiakan dengan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Dimanapun dibelahan dunia, bahkan dalam satu negara saja, budaya Hindu dikenal sangat beragam. Tidak ada bentuk dogma kaku terhadap tata cara orang Hindu melaksanakan ajaran agamanya. Yang paling utama adalah implementasi dalam kehidupan nyata, dimana Hindu mengedepankan kedamaian, ketentraman bathin, mengedepankan kasih sayang dan anti kekerasan. Sehingga dimanapun Hindu berada selalu menjadi sumber inspirasi bagi kedamaian sosial  masyarakat di sekitarnya.
     Selain itu, kebebasan orang Hindu memaknai nilai-nilai ketuhanan sangat dihargai, berbagai macam bentuk pemujaan diberikan ruang yang bebas, selama memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma, dengan berpedoman pada pada Tri Kaya Parisudha sebagai bentuk implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hindu yang ada di Indonesia benar-benar menjadi contoh yang baik akan keberagaman dan fleksibilitas pelaksanaanya. Tradisi Bali, digunakan oleh orang Bali, tradisi Jawa digunakan oleh orang Jawa, tradisi Kaharingan digunakan oleh saudara kita di Kalimantan, Tradisi Batak Karo di Sumatera, Tradisi Kei Tual di Maluku Selatan, Tradisi Tana Toraja di Sulawesi, Tradisi Sunda Wiwitan di Jawa Barat, dan banyak lagi tradisi lain yang belum kita inventarisir secara keseluruhan di Indonesia.
     Kebanggaan, menurut beliau tidak cukup hanya pada tahap pemikiran saja, tapi harus diwujudnyatakan dengan menjadi generasi Hindu yang benar-benar kuat menjaga agar Hindu tetap menjadi pedoman hidup yang utama dalam berkehidupan. Karena saat ini berbagai macam cobaan dan godaan akan berusaha menggoyahkan sradha bhakti kita pada keyakinan kita.
Ketua PHDI Karangasem, Bapak Wayan Astika Sedang Memberikan Dharma Wacana
     Pada kesempatan berikutnya diberikan kepada Ketua PHDI Kab. Karangasem, dengan gaya bahasa dan penuturan yang kocak, mengundang antusias Sekaa Teruna se-desa Seraya Timur untuk tidak peduli dengan rasa ngantuk dan lapar siang itu.
     Bapak Wayan Astika memberikan pengandaian bahwa generasi muda harus mulai memahami ajaran Hindu dengan benar. Tatwa, Susila/Etika, dan Upacara hendaknya diseimbangkan. Bagaimana kita bisa memperkuat jati diri kita dengan menjadi penerus bagi aktifitas keagamaan Hindu di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Beliau banyak memberikan wejangan-wejangan yang bisa dijadikan bekal oleh generasi muda Hindu disana dalam menghadapi era globalisasi. Dimana pada masa-masa seperti ini mereka sangat rentan dengan arus perubahan diri maupun lingkungan yang menjadikan kita kearah yang baik maupun ke arah yang buruk. Filter dan benteng diri menjadi salah satu bekal yang kita dapatkan dari kegiatan semacam ini. PHDI Karangasem akan siap berkoordinasi dan melakukan penyuluhan, bimbingan dan dharma tula semacam ini secara rutin untuk menjawab kehausan generasi muda akan siraman rohani.
      Beliau sangat salut dengan Puskor Hindunesia yang sudah mengawali gerakan pemberdayaan utamanya pada generasi muda yang akan menjadi penerus Hindu kedepan. Satu harapan yang juga sudah disampaiakan oleh Koordinator Nasional Puskor Hindunesia, bahwa kita harus memperjuangkan porsi anggaran pemibinaan dan untuk Sekaa Teruna di Bali. Agar jangan sampai hanya Desa Adat dan Subak yang mendapatkan porsi anggaran, sementara Sekaa Teruna sebagai bagian dari organisasi tradisional di Bali yang memiliki peran penting harus juga diberikan porsi anggaran.
     Acara berakhir pada pukul 15.00 dengan antusias anggota Sekaa Teruna yang sungguh luar biasa. Tanpa ada penganan dan makanan pun mereka kuat dan tetap semangat mengikuti dharma tula dan sosialisasi sinergi Puskor Hindunesia dengan Sekaa Teruna.
Acara semacam ini akan tetap menjadi agenda bagi Puskor Hindunesia untuk terus membangun dan membangkitkan rasa bangga menjadi orang Hindu di kalangan generasi muda Hindu. Sekaa Teruna adalah salah satu lembaga tradisional yang harus kita jaga dan lestarikan fungsinya dalam menjaga benteng Hindu di Bali.
Selengkapnya
Diberdayakan oleh Blogger.